HEIKE DORSCH, kekasih seorang turis Jerman yang dibunuh, dipotong-potong dan dibakar di atas api di pulau Laut Selatan di Pasifik, mengisahkan pengalaman mengerikan menjadi tawanan orang yang membunuh kekasihnya.
Dorsch telah kembali ke Jerman tanpa Stefan Ramin, pasangan hidupnya selama 17 tahun terakhir. Dalam sebuah wawancara dengan majalah Bunte, Kamis (3/11/2011) yang dikutip Daily Mail, perempuan 37 tahun itu menceritakan bagaimana ia nyaris menghadapi ajal di tangan Henri Haiti, tersangka pembunuhan terhadap Stefan Ramin.
Pihak berwenang di pulau itu telah mencoba untuk mengecilkan kemungkinan kanibalisme pada peristiwa itu dalam upaya untuk menyelamatkan industri pariwisatanya. Mereka masih memburu Haiti, yang hingga kini belum terbukti mempraktikkan kanibalisme.
Namun tato di dada Haiti menguatkan dugaan tentang kanibalisme. Tato itu melukiskan panglima perang salah satu suku yang dikenal sebagai kanibal. Pada abad ke-19, praktik kanibalisme memang umum terjadi di kepulauan dekat Tahiti itu.
Ramin yang berusia 41 tahun, dibunuh pada 9 Oktober lalu. Mereka berdua telah berlayar keliling dunia kapal menggunakan Baju, kapal catamaran (berlambung ganda) . Kapal tersebut melego jangkar di sebuah teluk di pulau itu beberapa hari sebelumnya.
Kepada Bunte, Dorsch mengatakan, mereka berteman dengan sejumlah penduduk pulau itu, termasuk dengan Haiti yang merupakan seorang pemburu. Haiti mengundang Stefan dalam sebuah ekspedisi untuk berburu kambing liar.
"Pada malam hari ia (Haiti) kembali sendirian. Ia mengatakan Stefan membutuhkan bantuan," kata Dorsch.
"Saya meraih obor, lalu mengikutinya ke dalam hutan. Tiba-tiba dia mengancam saya. Dia menodongkan senjata ke saya dan berkata dalam bahasa Prancis, 'Va à mourire'- Anda akan mati."
"Saya merebut senjata itu, meraih larasnya dan mengarahkannya ke udara sambil berteriak: Tidak, saya tidak akan mati."
Dorsch mengatakan pergelutan kemudian terjadi dan Haiti akhirnya merantainya. Waktu itu Dorsch yakin pria itu akan memerkosanya. Dorsch lalu mengerahkan seluruh kekuatannya agar bisa lepas dari rantai itu.
"Ketika itu gelap gulita. Begitu bebas, saya pun lari. Sepatu saya hilang. Lalu saya mendengar suara ombak. Saya berlari ke air, menyelam dan berenang ke satu-satunya kapal di teluk di dekat lokasi kapal kami," katanya.
Dia ditolong para warga negara Belanda yang berada di kapal itu. Mereka kemudian menelepon polisi.
Sisa-sisa mayat Ramin, yang berupa tulang dan gigi, ditemukan di bara api di hutan tempat dia hilang. Media Jerman berspekulasi, tubuh Ramin dipotong-potong lalu dimakan.
Para penyidik menyangkal keras spekulasi tersebut. Namun hingga kini Haiti masih menjadi buron meskipun pihak berwajib melakukan perburuan besar-besaran untuk menangkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon berkomentar dengan baik dan sopan. Komentar bernada spam akan saya hapus