The Special One alias Jose Mourinho adalah pelatih bermulut besar. Ia juga sempat cinta mati sama Barcelona. Tapi kini tidak. Kenapa?
Saat memegang Chelsea di Liga Inggris, Mourinho hampir tiap hari terpampang di headline koran-koran Ratu Elizabeth itu, lantaran komentarnya yang pedas dan suka menusuk tim lawan.
Demikian pula saat menangani Inter Milan di Seri A Liga Italia. Ia bahkan sampai melakukan hal yang sama di Italia dan kini Spanyol, dengan cara silencio Stampa alias nggak mau bicara kepada pers.
Ia datang ke jumpa pers namun tak menjawab pertanyaan wartawan, hanya menenggak minuman mineral dan mengunyah permen karet. Ia pun turun dari bangku, setelah nyamuk pers keluar ruangan karena kesal dengan ulahnya.
Kini, Mourinho memaki habis Barcelona yang menurutnya, memiliki pemain yang punya daya akting hebat hingga pemainnya (Real Madrid) kena kartu merah dan kuning. Akting itu pula yang membuatnya sempat emosi dan akhirnya dikeluarkan wasit dari bench.
Tapi, di balik kebenciannya terhadap Barcelona, Mourinho juga sempat cinta mati sama klub Catalan itu. "Barca, in my heart–today, tomorrow, and forever." Begitu kata Mourinho pada tahun 1997, saat ia jadi asisten pelatih Bobby Robson di Barcelona.
Bibit kebencian mulai muncul saat Mourinho memegang Chelsea menghadapi Barcelona di babak 16 Besar Liga Champions 2004. Di partai pertama, Barca menang atas Chelsea 2-1.
Mourinho pun memainkan psy-warnya dengan menyebut wasit Anders Frisk yang memimpin pertandingan dan pelatih Barca, Frank Rijkaard telah melakukan pembicaraan. Khabar ini sampai membuat sang wasit dapat ancaman akan dibunuh. Suporter Barca pun gemas bukan main dengan komentar Mourinho tersebut. Chelsea akhirnya lolos mengalahkan Barcelona karena menang di leg kedua dengan 4-2.
Betul Chelsea lolos, tapi bibit kebencian itu terus berkembang. Sampai puncaknya di musim ini, Barca terus memimpin persaingan La Liga. Dan, semakin menjadi-jadi ketika leg pertama semifinal Liga Champions, Barca mempermalukan Real Madrid 2-0 di depan publik Madrid, dua pekan lalu.
Mourinho pun dikeluarkan wasit lantaran protesnya yang keras. Bahkan, Mourinho bakal kena ganjaran lainnya dari UEFA, akibat komentarnya yang mengaitkan kemenangan Barca dengan kekuatan dari luar, mungkin dari UEFA atau Unicef-sponsor Barca.
Bukan tidak mungkin Mourinho, Special One dan Si Mulut Besar ini suatu hari bakal kembali menelan ludahnya sendiri, mencintai Barca. Ya, siapa tahu dikemudian hari ada tawaran dari Barca untuk menjadi pelatih dan dirinya menerima tawaran tersebut.
Bagi Mourinho, ternyata rasa cinta dan benci, situasional. Apalagi di sepak bola yang hanya sebuah permainan.
sumber
Demikian pula saat menangani Inter Milan di Seri A Liga Italia. Ia bahkan sampai melakukan hal yang sama di Italia dan kini Spanyol, dengan cara silencio Stampa alias nggak mau bicara kepada pers.
Ia datang ke jumpa pers namun tak menjawab pertanyaan wartawan, hanya menenggak minuman mineral dan mengunyah permen karet. Ia pun turun dari bangku, setelah nyamuk pers keluar ruangan karena kesal dengan ulahnya.
Kini, Mourinho memaki habis Barcelona yang menurutnya, memiliki pemain yang punya daya akting hebat hingga pemainnya (Real Madrid) kena kartu merah dan kuning. Akting itu pula yang membuatnya sempat emosi dan akhirnya dikeluarkan wasit dari bench.
Tapi, di balik kebenciannya terhadap Barcelona, Mourinho juga sempat cinta mati sama klub Catalan itu. "Barca, in my heart–today, tomorrow, and forever." Begitu kata Mourinho pada tahun 1997, saat ia jadi asisten pelatih Bobby Robson di Barcelona.
Bibit kebencian mulai muncul saat Mourinho memegang Chelsea menghadapi Barcelona di babak 16 Besar Liga Champions 2004. Di partai pertama, Barca menang atas Chelsea 2-1.
Mourinho pun memainkan psy-warnya dengan menyebut wasit Anders Frisk yang memimpin pertandingan dan pelatih Barca, Frank Rijkaard telah melakukan pembicaraan. Khabar ini sampai membuat sang wasit dapat ancaman akan dibunuh. Suporter Barca pun gemas bukan main dengan komentar Mourinho tersebut. Chelsea akhirnya lolos mengalahkan Barcelona karena menang di leg kedua dengan 4-2.
Betul Chelsea lolos, tapi bibit kebencian itu terus berkembang. Sampai puncaknya di musim ini, Barca terus memimpin persaingan La Liga. Dan, semakin menjadi-jadi ketika leg pertama semifinal Liga Champions, Barca mempermalukan Real Madrid 2-0 di depan publik Madrid, dua pekan lalu.
Mourinho pun dikeluarkan wasit lantaran protesnya yang keras. Bahkan, Mourinho bakal kena ganjaran lainnya dari UEFA, akibat komentarnya yang mengaitkan kemenangan Barca dengan kekuatan dari luar, mungkin dari UEFA atau Unicef-sponsor Barca.
Bukan tidak mungkin Mourinho, Special One dan Si Mulut Besar ini suatu hari bakal kembali menelan ludahnya sendiri, mencintai Barca. Ya, siapa tahu dikemudian hari ada tawaran dari Barca untuk menjadi pelatih dan dirinya menerima tawaran tersebut.
Bagi Mourinho, ternyata rasa cinta dan benci, situasional. Apalagi di sepak bola yang hanya sebuah permainan.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon berkomentar dengan baik dan sopan. Komentar bernada spam akan saya hapus