Sebanyak 14 orang blogger dan 5 wartawan melakukan liputan lapangan bersama yang bertajuk ‘Report from The Field’ ke Kampung 99 Pepohonan di kawasan Depok, Jawa Barat.
Pada liputan yang berlangsung selama dua hari, yakni 24 sampai 25 Juni 2011, mereka menuliskan kisah-kisah unik mengenai cara kehidupan warga Kampung 99 Pepohonan yang sangat menghargai lingkungan.
Selain itu, para blogger juga akan berdialog tentang gaya hidup yang ramah lingkungan dengan pendiri Kampung 99 Pepohonan dan mendapat kursus singkat penulisan kreatif.
Kegiatan liputan bareng ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tulisan para blogger dan menambah wawasan mereka mengenai lingkungan hidup. Diharapkan, liputan seperti ini membuat para blogger mendapatkan bahan-bahan tulisan yang inspiratif dan menarik untuk dimuat di blog mereka.
Selain itu, meraka akan mengikuti serangkaian kegiatan unik seperti membuat cincau, lomba masak makanan organik, serta belajar mengelola peternakan dan perikanan yang ramah lingkungan, dan sebagainya.
Kampung 99 Pepohonan sendiri berada di lahan seluas 5 hektar di Desa Meruyung, Cinere, Depok, Jawa Barat. Di kawasan ini, sepanjang mata memandang yang tampak hanyalah deretan pepohonan dan rumah panggung dari kayu. Di antaranya pohon meranti, trembesi, ulin, menteng, gandaria, bintaro, kemang, bambu, dan mahoni.
Hunian yang ramah lingkungan dan terbuka kini mulai dibangun. Luas setiap rumah kayu yang dibangun tak lebih dari 100 meter persegi, tanpa pagar, dan dibangun bersama oleh seluruh penghuni Kampung 99 Pepohonan. Setiap keluarga mempunyai kolam penyangga untuk memelihara ikan atau ternak dan kebun minimal 100 meter persegi.
Semua penghuni dilarang menebang pohon, memetik daun, membuang sampah sembarangan, apalagi sampah plastik. Agar lingkungan asri dan udara segar terus didapatkan, seluruh penghuni tidak merokok.
Menurut Teddy (adik pendiri kampung 99 pepohonan), kini hasil Kampung 99 Pepohonan berlimpah, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan para penghuninya. Produk seperti yogurt, beras, madu, cuka apel, ikan, dan sayuran sudah mulai dijual ke luar. Kegiatan menanam pun tak pernah berhenti. Setiap hari penghuni kampung ini menanam sepuluh pohon. Inovasi terus dikembangkan, mulai dari pembuatan cuka kelapa, hingga yogurt sukun. Juga memproses air irigasi untuk mandi agar pemakaian air tanah semakin berkurang. Mereka juga membuat pembangkit listrik tenaga kincir air.
Warga kampung itu juga terbuka menerima penghuni baru yang ingin hidup secara organik. "Satu RT saja kayak gini. Jika diterapkan untuk seluruh Indonesia, kita pasti akan kaya. Kita nggak perlu impor lagi, sudah cukup. Kalau perlu malah ekspor," ujar Teddy.
Report from The Field adalah rangkaian dari program NET.WORK (Netizen Writing Contest, Off-line Gathering, Report from The Field and Key-Worth). Program ini diselenggarakan untuk menguatkan kualitas tulisan para blogger yang peduli masalah-masalah strategis yang dihadapi Indonesia, seperti masalah kerusakan lingkungan, terkikisnya kebhinekaan, dan sebagainya.
Selain itu, para blogger juga akan berdialog tentang gaya hidup yang ramah lingkungan dengan pendiri Kampung 99 Pepohonan dan mendapat kursus singkat penulisan kreatif.
Kegiatan liputan bareng ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tulisan para blogger dan menambah wawasan mereka mengenai lingkungan hidup. Diharapkan, liputan seperti ini membuat para blogger mendapatkan bahan-bahan tulisan yang inspiratif dan menarik untuk dimuat di blog mereka.
Selain itu, meraka akan mengikuti serangkaian kegiatan unik seperti membuat cincau, lomba masak makanan organik, serta belajar mengelola peternakan dan perikanan yang ramah lingkungan, dan sebagainya.
Kampung 99 Pepohonan sendiri berada di lahan seluas 5 hektar di Desa Meruyung, Cinere, Depok, Jawa Barat. Di kawasan ini, sepanjang mata memandang yang tampak hanyalah deretan pepohonan dan rumah panggung dari kayu. Di antaranya pohon meranti, trembesi, ulin, menteng, gandaria, bintaro, kemang, bambu, dan mahoni.
Hunian yang ramah lingkungan dan terbuka kini mulai dibangun. Luas setiap rumah kayu yang dibangun tak lebih dari 100 meter persegi, tanpa pagar, dan dibangun bersama oleh seluruh penghuni Kampung 99 Pepohonan. Setiap keluarga mempunyai kolam penyangga untuk memelihara ikan atau ternak dan kebun minimal 100 meter persegi.
Semua penghuni dilarang menebang pohon, memetik daun, membuang sampah sembarangan, apalagi sampah plastik. Agar lingkungan asri dan udara segar terus didapatkan, seluruh penghuni tidak merokok.
Menurut Teddy (adik pendiri kampung 99 pepohonan), kini hasil Kampung 99 Pepohonan berlimpah, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan para penghuninya. Produk seperti yogurt, beras, madu, cuka apel, ikan, dan sayuran sudah mulai dijual ke luar. Kegiatan menanam pun tak pernah berhenti. Setiap hari penghuni kampung ini menanam sepuluh pohon. Inovasi terus dikembangkan, mulai dari pembuatan cuka kelapa, hingga yogurt sukun. Juga memproses air irigasi untuk mandi agar pemakaian air tanah semakin berkurang. Mereka juga membuat pembangkit listrik tenaga kincir air.
Warga kampung itu juga terbuka menerima penghuni baru yang ingin hidup secara organik. "Satu RT saja kayak gini. Jika diterapkan untuk seluruh Indonesia, kita pasti akan kaya. Kita nggak perlu impor lagi, sudah cukup. Kalau perlu malah ekspor," ujar Teddy.
Report from The Field adalah rangkaian dari program NET.WORK (Netizen Writing Contest, Off-line Gathering, Report from The Field and Key-Worth). Program ini diselenggarakan untuk menguatkan kualitas tulisan para blogger yang peduli masalah-masalah strategis yang dihadapi Indonesia, seperti masalah kerusakan lingkungan, terkikisnya kebhinekaan, dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon berkomentar dengan baik dan sopan. Komentar bernada spam akan saya hapus