Pada posting kali ini bayarsaja.blogspot.com akan membahas artikel tentang Peneliti Jepang Benarkan Teori Darwin. Semoga dengan artikel Peneliti Jepang Benarkan Teori Darwin akan menambah pengetahuan untuk anda pembaca setia bayarsaja.blogspot.com
Ilustrasi manusia berasal dari nenek moyang primata (kera) (Foto: Psypost)
TOKYO - Charles Darwin, penggagas teori evolusi paling terkenal di dunia mengungkap bahwa manusia berasal dari keluarga primata (kera). Evolusi manusia terkait primata ini dikatakan terdapat "rantai yang hilang", belum bisa dibuktikan kebenaran dari teori tersebut. Bahkan, teori Darwin populer ini sempat menjadi perbincangan kontroversial.
Dilansir ScienceBlog, (22/2/2013), Charles Darwin pernah menulis dalam buku The Descent of Man (1871), mengungkap bahwa suara yang dikeluarkan oleh burung menawarkan dalam beberapa analogi terdekat dari bahasa.
Bahasa manusia, menurut Darwin, memiliki asal-usul dari suara hewan yang hidup di sekitarnya. Selain itu, suara kicauan burung juga melahirkan kata-kata ekspresif dari emosi yang rumit.
Kini, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) beserta peneliti dari University of Tokyo mengatakan bahwa Darwin, berada di jalannya yang benar. Lebih lanjut peneliti mengungkap bahwa bahasa manusia merupakan penyambungan dari dua bentuk komunikasi.
Bentuk komunikasi ini ditemukan dalam kerajaan hewan. Pertama, nyanyian rumit burung dan kedua, informasi yang berkaitan dengan ekspresi yang terlihat dalam keanekaragaman hewan lain.
"Ini kombinasi tidak sengaja yang memicu bahasa manusia," ungkap Shigeru Miyagawa, profesor linguistik di Department of Linguistics and Philosophy, MIT. Ide ini dibangun berdasarkan kesimpulan Miyagawa.
Kesimpulan tersebut pernah diungkap pada penelitian sebelumnya, di mana ia menjelaskan terdapat dua "lapisan" dalam semua bahasa manusia, yang meliputi lapisan ekspresi terkait organisasi kalimat yang dapat diubah.
Selain itu, lapisan "leksikal" yang berkaitan dengan inti isi kalimat. Berdasarkan analisis komunikasi hewan dan menggunakan kerangka penelitian Miyagawa, peneliti mengungkap bahwa nyanyian burung sangat menyerupai lapisan ekspresi dari kalimat (bahasa) manusia.
Pada titik tertentu, antara 50 ribu dan 80 ribu tahun lalu, manusia mungkin telah menggabungkan dua tipe ekspresi ini ke dalam bentuk bahasa unik. "Ketika sesuatu yang baru berkembang, sering dibangun dari bagian-bagian lama," ungkap profesor Computational linguistics, Robert Berwick di MIT.
Lebih lanjut ia mengatakan, peneliti melihat ini berulang-ulang dalam evolusi. "Struktur lama dapat mengubah hanya sedikit dan mendapatkan fungsi baru secara radikal," pungkasnya.
Dilansir ScienceBlog, (22/2/2013), Charles Darwin pernah menulis dalam buku The Descent of Man (1871), mengungkap bahwa suara yang dikeluarkan oleh burung menawarkan dalam beberapa analogi terdekat dari bahasa.
Bahasa manusia, menurut Darwin, memiliki asal-usul dari suara hewan yang hidup di sekitarnya. Selain itu, suara kicauan burung juga melahirkan kata-kata ekspresif dari emosi yang rumit.
Kini, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) beserta peneliti dari University of Tokyo mengatakan bahwa Darwin, berada di jalannya yang benar. Lebih lanjut peneliti mengungkap bahwa bahasa manusia merupakan penyambungan dari dua bentuk komunikasi.
Bentuk komunikasi ini ditemukan dalam kerajaan hewan. Pertama, nyanyian rumit burung dan kedua, informasi yang berkaitan dengan ekspresi yang terlihat dalam keanekaragaman hewan lain.
"Ini kombinasi tidak sengaja yang memicu bahasa manusia," ungkap Shigeru Miyagawa, profesor linguistik di Department of Linguistics and Philosophy, MIT. Ide ini dibangun berdasarkan kesimpulan Miyagawa.
Kesimpulan tersebut pernah diungkap pada penelitian sebelumnya, di mana ia menjelaskan terdapat dua "lapisan" dalam semua bahasa manusia, yang meliputi lapisan ekspresi terkait organisasi kalimat yang dapat diubah.
Selain itu, lapisan "leksikal" yang berkaitan dengan inti isi kalimat. Berdasarkan analisis komunikasi hewan dan menggunakan kerangka penelitian Miyagawa, peneliti mengungkap bahwa nyanyian burung sangat menyerupai lapisan ekspresi dari kalimat (bahasa) manusia.
Pada titik tertentu, antara 50 ribu dan 80 ribu tahun lalu, manusia mungkin telah menggabungkan dua tipe ekspresi ini ke dalam bentuk bahasa unik. "Ketika sesuatu yang baru berkembang, sering dibangun dari bagian-bagian lama," ungkap profesor Computational linguistics, Robert Berwick di MIT.
Lebih lanjut ia mengatakan, peneliti melihat ini berulang-ulang dalam evolusi. "Struktur lama dapat mengubah hanya sedikit dan mendapatkan fungsi baru secara radikal," pungkasnya.
Dapatkan berita terupdate dan unik setiap saat hanya di bayarsaja.blogspot.com
Homepage|http://bayarsaja.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon berkomentar dengan baik dan sopan. Komentar bernada spam akan saya hapus